Entri Populer

Selasa, 12 Juni 2012

Kpeariwisataan (kesimpulan)

KESIMPULAN Teater merupakan sebua kesenian kompleks karena melibatkan banyak unsur kesenian yang dipadukan menjadi sebuah pertunjukan dengan cerita yang menarik yang dikonsep oleh sutradaranya agar apa yang ingin disampaikan naskah oleh penulisnya dapat disampaikan secara baik kepada penontonnya. Selain sebuah bentuk kesenian dan kebudayaan teater merupakan sebuah tatanan organisasi yang kompleks untuk membangun sebuah pementasan yang melibatkan orang banyak. Terdiri atas dua bagian dalam menciptakan sebuah pementasan pada teater. Yaitu ; tim penyutradaraan dan tim produksi. Di dalam tim penyutradaraan terdapat actor dan sutradara yang membawakan cerita dalam naskha dan bertugas menyampaikan isi cerita sedangkan tim produksi merupakan sebuah tim yang terdiri dari orang-orang yang siap sedia di belakang panggung selama proses maupun saat pementasan yang fungsinya mendukung penuh pemain dan sutradara di atas panggung untuk segala keperluan yang diperlukan dalam naskah. Dilihat dari kacamata pariwisata teater awalnya memang terlihat seperti sebuah pertunjukan biasa saja yang dilakukan oleh beberapa orang saja dan lewat begitu saja yang maksud artinya pentas setelah itu selesai. Namun apabila kita lihat bagaimana teater memadukan banyak unsur kesenian yang ada, bukan hal yang mustahil apabila teater dapat dijadikan sebuah objek wisata hiburan di sisi budaya dan kesenian dan dapat juga mendatangkan keuntungan (profit). Mengapa demikian ? disebabkan teater menciptakan sebuah tontonan pertunjukan yang mampu menarik perhatian masa yang sangat besar apabila sebuah pertunjukan tersebut dapat dilaksanakan dengan sangat baik. Pariwisata sendiri berarti jalan-jalan sambil berkunjung yang dilakukan oleh seseorang. Dan kebetulan juga pertunjukan sebuah teater dapat dilakukan di luar (outdoor) dan pariwisata pun terjdi bagi mereka yang melintas di area pementasan tersebut dan tanpa tidak disengaja menyaksikan pertunjukan teater tersebut berlangsung. Artinya, teater memberikan objek wisata bagi setiap orang-orang yang lewat dan menyaksikannya, dan orang-orang tersebut dapat dianggap sebagai wisatawan. Jadi, teater layak dijadikan sebuah objek pariwisata karena dapat menarik banyak penonton yang penasaran akan bentuk kesenian teater dan ingin menyaksikan sebuah pertunjukan hiburan dari pementasan teater. Teater dapat dipentaskan untuk menarik orang-orang banyak untuk datang dan menyaksikan pertunjukan teater tersebut apabila kesadaran untuk menjaga nilai-nilai dan melestarikan kesenian dan kebudayan bagi setiap penerus bangsa dapat selalu dipertahankan. Sebuah pertunjukan merupakan sebuah proses yang sangat memiliki nilai pembelajaran bagi setiap manusia yang terlibat di dalamnya, tidak hanya belajar tentang kesenian namun juga beorganisasi, dengan organisasi kepariwisataan dapat diterapkan dalam berteater dengan mempertunjukan kesenian dengan menjaring masyarakat umum yang butuh hibran tentu saja dengan menyajikan sebuah pertunjukan yang menarik pula. “teater adalah kehidupan karena peran yang kita mainkan di dalamnya merupakan bagian dari kehidupan sebenarnya dalam hidup kita di luar panggung.” DAFTAR PUSTAKA Wikipedia.com Hamzah Adjib A., Pengantar Bermain Drama, CV Rosda, Bandung. Noer C. Arifin, Teater Tanpa Masa Silam, DKJ, Jakarta, 2005. Iman Sholeh & Rik Rik El Saptaria, Module Workshop Keaktoran Festamasio 3, TGM, Yogyakarta, 2005

Kepariwisataan (isi 3) terusan

TEATER SEBAGAI ORGANISASI Proses Teater merupakan sebuah proses organisasi (bentuk kerja kolektif; dimana segala macam orang dengan segala macam fungsinya tergabung dalam suatu koordinasi yang rapih,dan juga mencakup juga pengertian sampai batas-batas yang sentimentil), seperti hal nya diri manusia itu sendiri, atau layaknya seperti sebuah negara. Keberhasilan suatu pertunjukan Teater dapat juga sebagai keberhasilan suatu seni organisasi; baik organisasi penyelenggaraannya (Panitia Produksi) maupun segi seni-seninya (Penyutradaraan, Penataan set, Permainan, Musik dan unsur-unsur lain). Berikut ini contoh Elemen dari sebuah Group Teater dalam mengadakan sebuah Produksi. - Pimpinan Produksi - Sekretaris Produksi - Keungan Produksi / Bendahara - Urusan Dokumentasi - Urusan Publikasi - Urusan Pendanaan - Urusan Ticketing atau karcis - Urusan Kesejahteraan - Urusan Perlengkapan - Sutradara - Art Director / Pimpinan Artistik - Stage Manager - Property Master - Penata Cahaya - Penata Kostum - Penata setting - Perias / Make Uper - Penata Cahaya - Penata Musik Setiap Elemen memiliki tugas sendiri-sendiri dan sudah seharusnya untuk bertanggungjawab penuh atas tugas itu (secara profesional). Sebagai Contoh seorang Urusan Pendanaan, ia harus memikirkan seberapa besar dana yang dibuhtuhkan? Dari mana dana itu didapatkan. Begitupula seorang Sutradara yang bertanggungjawab atas pola permainan panggung; (akting pemain, cahaya, bunyi-bunyian, set, property dan lain-lain). Jikalau kita memandang Elemen dalam Group Teater, ada kesamaan dengan elemen dalam tubuh kita sendiri; setiap organ tubuh memiliki fungsi sendiri, tetapi saling berhubungan dan tergabung dalam fungsi yang sempurna. Teater ibarat laboratorium kehidupan itu sendiri, seperti yang diungkapkan Peter Brook “Teater akan menjadi tempat yang indah bagi orang-orang yang mabuk dan kesepian, Teater merupakan sebuah tindak budaya, Teater bukanlah tempat untuk melarikan diri ataupun untuk mencari perlindungan”. Saat UKM teater kampus penulis (teater Tema Universitas Gunadarma) mengadakan sebuah pertunjukan teater selama dua hari-hari berturut-turut sebulan yang lalu dalam tim organisasi Saya berada dalam tim produksi tersebut, bukan sebagai pemain namun sebagai pimpinan produksi. Dengan dipercaya dan ditunjuk oleh para anggota lainnya untuk menjalankan pementasan tersebut jadilah Saya sebagai pimpinan produksi dalam pertunjukan maraton tersebut. Dengan hasil dari seluruh pemikiran terciptalah konsep pementasan 4 produksi dalam satu proses pertunjukan teater. Konsep yang diambil dalam pertunjukan tersebut merupakan perang naskah antara 2 naskah monolog berat dan 2 naskah drama realis dan surealis. Tidak itu saja kami pun mementaskan tari-tarian tradisional dan pertunjukan musik-musik tradisional. Sebagai seorang pimpinan produksi kala itu saya mengelola sumber daya yang ada dengan semaksimal mungkin. Dengan semangat berkesenian acara tersebut berlangsung sukses dan berhasil menarik perhatian pengunjung yang rata-rata terdiri dari mahasiswa kampus sendiri, kampus tetangga, kampus luar daerah, pelajar SMA Depok dan sekitarnya dan masyarakat umum lainnya yang rata-rata memiliki minat dalam berteater. Total jumlah pengunjung dalam pementasan kami tersebut mencapai kurang lebih 380 orang dengan rata-rata pengunjung perharinya sebanyak 190 orang. Dengan pencapaian tersebut penulis memikirkan bahwa bisa sebuah pertunjukan kesenian teater menjadi objek wisata ciptaan mahasiswa pada sisi kebudayaan dan kesenian. Teater yang melibatkan beberapa unsure seperti unsur musik, tari dan akting menjadi modal yang cukup untuk membuka peluang pariwisata bagi mahasiswa pencinta teater di mana pun. Awalnya memang teater bukan merupakan ajang mencari profit namun bagaimana sebuah pertunjukan seni diapresiasi oleh setiap penonton yang hadir dalam pertunjukan tersebut. Namun tidak menutup kemungkinan teater pun dapat menghasilkan apabila dikembangkan dan didukung oleh pihak-pihak yang mau membantu melestarikan dan menjaga nilai-nilai kebudayaan dan keseniaan yang ada khususnya teater yang ada di Indonesia di tingkat kampus.

Kepariwisataan (isi 2) terusan

SEJARAH TEATER Sejarah Teater Dunia Teater (bahasa Inggris: theater atau theatre, bahasa Perancis théâtre berasal dari kata theatron (θέατρον) dari bahasa Yunani, yang berarti "tempat untuk menonton"). Awalnya sendiri diperkenalkan pada kultus dyonisius,awalnya sebagai ritual upacara pengorbanan domba/lembu kepada Dyonisius dan nyanyian yang digunakan pada masa itu disebut "tragedi".dalam perkembangannya Dyonisius dewa yang berwujud hewan itu kemudian berubah menjadi manusia dan dipuja sebagai dewa anggur dan kesuburan. Adalah cabang dari seni pertunjukan yang berkaitan dengan akting/seni peran di depan penonton dengan menggunakan gabungan dari ucapan, gestur (gerak tubuh), mimik, boneka, musik, tari dan lain-lain. Bernard Beckerman, kepala departemen drama di Universitas Hofstra, New York, dalam bukunya, Dynamics of Drama, mendefinisikan teater sebagai " yang terjadi ketika seorang manusia atau lebih, terisolasi dalam suatu waktu/atau ruang, menghadirkan diri mereka pada orang lain." Teater bisa juga berbentuk: ketoprak, ludruk, sandiwara (radio, televisi),opera, ballet, mime, kabuki, pertunjukan boneka, tari India klasik, Kunqu, mummers play, improvisasi performance serta pantomim. (Wikipedia.Com) Bentuk-bentuk pertunjukan teater di sebutkan di atas merupakan pertunjuka teater yang umum di pertunjukan. Namun yang akan penulis bahas adalah bagaimana mahasiswa/pelajar membuat sebuah pertunjukan teater sederhana dengan bentuk-bentuk umum pertunjukan teater di atas dengan juga menjadikannya sebuah objek wisata. Pertunjukan umum yang biasa dibawakan anak-anak kampus adalah pertujukan drama dan monolog serta tari atau menggabungkan ketiganya. Banyak naskah yang dapat diangkat menjadi sebuah pertunjukan dan dapat juga disesuaikan dengan momen yang bersejaah untuk membawakan pertunjukan tersebut atau kritik-kritik sosial atau pula politik. Contoh-contoh naskah yang umum dibawakan oleh kebanyakan sanggar teater kampus misalnya, naskah “Wek-wek” Karya almarhum Djaja Kusuma saduran Iwan Desember yang isi naskahnya merupakan sebiah kritik politik terhadap kejahatan KKN. Namun dengan dibawakan nuansa teater lakon, lenong, naskah wek-wek tidak begitu tegang walaupun membahas tentang KKN melainkan sebaliknya menghibur. Dengan cara menghibur teater menyampaikan suatu hal penting dan bermanfaat, dan hiburan adalah sebuah tujuan dari pariwisata. Tidak hanya sekedar mementaskah sebuah pertunjukan naskah begitu saja dengan hanya menghafal dan berlatih akting, tetapi juga butuh-butuh orang-orang yang mengurusi segala keperluan pementasan hingga pementasan berjalan. Orang-orang tersebut biasa disebutnya dengan sebutan orang belakang panggung. Sebuah pertunjukan teater merupakan simulasi sederhana menciptakan sebuah film-film di televise namun kalau teater merupakan bentuk film live dan tidak ada tayangan ulang atau di cut. Inilah yang membedakan antara pembuatan film dengan pertunjukan sebuah drama. Drama sangat membutuhkan orang-orang berkemampuan kesenian dan organisasi yang kuat. Untuk itulah setiap akan melakukan sebuah pertunjukan produksi naskah drama maka dibentuklah sebuah tim produksi pementasan sama halnya tim produksi film.

Kepariwisataan (ISI) Terusan

MACAM-MACAM OBJEK WISATA DI INDONESIA Indonesia yang memiliki segudang keberagaman manusianya melahirkan pula beragam adat istiadat, kesenian dan agama namun tetap dapat hidup rukun yang selalu dipersatukan oleh lambang Neagara Pancasila. Jangan lupa juga akan alam Indonesia yang sangat mempesona yang juga secara lamai menjadi tujuan wisata yang masih sangat diminati oleh setiap pengunjung yang datang ke Indonesia baik wisatawan mancanegara maupun domestik. Tidak dapat dipungkiri bila saat ini objek wisata alam masih menjadi favorit bagi setiap pengunjung tempat-tempat wisata di Indonesia. Indonesia di takdirkan oleh Tuhan Maha Pencipta dengan keberadaan Negara yang berbentuk kepulauan dan letak geografis dan astronomis yang baik sehingga pariwisata menjadi tambang emas bagi Negara maritime seperti Indonesia. Letak geografis yang memungkinkan manusia selalu lalu lalang karena di apit oleh du benua dan satu Negara besar yaitu Asia dan Australia yang menyebabkan Indonesia berada di jalur perjalanan bagi wisatawan yang hendak berlibur di benua Asia atau Australia yang memungkinkan manusia tersebut singgah di Indonesia untuk menyaksikan objek-objek pariwisata di Indonesia yang mentakjubkan. Namun meskipun demikian objek wisata lainnya di Indonesia tidaklah kalah mempesonanya dengan objek wisata alamnya. Berikut ini beberapa contoh wisata di Indonesia di luar wisata alamnya : 1. Objek wisata Belanja Wisata belanja di Indonesia dibagi menjadi dua jenis: pusat perbelanjaan tradisional dengan proses tawar-menawar antara pembeli dan penjual dan pusat perbelanjaan modern. Pasar tradisional umumnya menjual barang-barang kebutuhan sehari-hari yang berlokasi dalam satu gedung atau jalan tertentu. Beberapa daerah dengan relief sungai-sungai panjang memiliki pasar terapung seperti Pasar Terapung Muara Kuin di Sungai Barito, Banjarmasin dan Pasar Terapung Lok Baintan di Banjar, namun adapula yang khusus menjual barang - barang seni atau benda khas setempat seperti Pasar Sukawati di Gianyar yang menjual berbagai kerajinan tangan dan barang seni khas Bali, Pasar Klewer di Solo yang menjual kain - kain batik, Kotagede dengan hasil kerajinan perak, dan kawasan Malioboro di Yogyakarta yang menjajakan kerajinan khas Yogya. Pusat perbelanjaan modern dapat ditemukan di kota-kota metropolitan terutama yang terletak di Pulau Jawa seperti Jakarta, Surabaya, Bandung dan Semarang. Kebanyakan pusat perbelanjaan modern dapat ditemukan di kota Jakarta yang memiliki lebih dari 170 pusat perbelanjaan. Jakarta merupakan kota dengan jumlah pusat perbelanjaan terbanyak di dunia. Pusat perbelanjaan tertua yang pernah dibangun di Jakarta yaitu Pasar Baru yang dibangun pada tahun 1820. Pusat perbelanjaan di Jakarta, Semarang, dan Surabaya umumnya mengadakan diskon besar pada masa ulang tahun kota untuk meningkatkan daya tarik wisata belanja. Jakarta secara rutin mengadakan pesta diskon Festival Jakarta Great Sale, Semarang dengan nama Semarang Great Sale, sementara Surabaya mengadakan Surabaya Shopping Festival. Apabila kita cermati lagi bahwa objek wisata di Indonesia pada sektor wisata belanjanya, beberapa hasil dagangan di objek wisata belanja tersebut adalah hasil-hasil dari bakat-nakat sang creator dan seniman. Contohnya : di Pasar Klewer Solo, barang dagangan yang ditawarkan adalah hasil kesenian batik yang sangat terkenal dari Indonesia, kerajinan perak dari kota Gede Yogyakarta, Pasar Sukowati di Gianyar Bali yang menjual barang-barang seni dari Bali seperti contohnya adalah patung dan pasar Terapung di Lok Baintan di Banjar yang juga menjual barang-barang hasil kerajina kesenian dari kota tersebut. Untuk itu mari kita berlanjut pada objek wisata yang kedua yaitu objek wisata pada sisi kebudayaan dan kesenian yang ada di Indonesia. 2. Objek Wisata Budaya (Kesenian) Berdasarkan data sensus 2010, Indonesia terdiri dari 1.128 suku bangsa. Keberagaman suku bangsa tersebut mengakibatkan keberagaman hasil budaya seperti jenis tarian, alat musik, dan adat istiadat di Indonesia. Beberapa pagelaran tari yang terkenal di dunia internasional misalnya Sendratari Ramayana yang menceritakan tentang perjalanan Rama dan dipentaskan di kompleks Candi Prambanan. Desa Wisata Batubulan yang terletak di Sukawati, Gianyar merupakan desa yang sering dikunjungi untuk pentas Tari Barongan, Tari Kecak dan Tari Legong. Beberapa tahun belakangan ini beberapa kota di Pulau Jawa mulai mengembangkan konsep karnaval fesyen. Jember Fashion Carnaval secara rutin diadakan sejak tahun 2001 di Kabupaten Jember, Jawa Timur. Karnaval fesyen lainnya namun memfokuskan tema pada batik adalah Karnaval Batik Solo yang pertama kali diadakan pada tahun 2008. Selain karnaval fesyen, adapula karnaval yang diadakan untuk memperingati hari jadi kota seperti yang diadakan di kota Yogyakarta dengan nama Jogja Java Carnaval dan di kota Jakarta dengan nama Jak Karnaval yang diadakan secara rutin setiap bulan Juni. Sejarah kebudayaan Indonesia dari zaman prasejarah hingga periode kemerdekaan dapat ditemukan di seluruh museum yang ada di Indonesia. Total jumlah museum di Indonesia berjumlah 80 museum yang tersebar dari Aceh hingga Maluku. Sejumlah museum terletak dalam satu kawasan seperti Kota Tua Jakarta yang memiliki enam museum merupakan daerah yang dikenal sebagai pusat perdagangan pada Zaman Batavia dan Taman Mini Indonesia Indah yang menjadi pusat rekreasi dengan jumlah taman dan museum terbanyak dalam satu kawasan di Indonesia. (Wikipedia.com) Keberagaman budaya yang ada di Indonesia melahirkan sebuah anugerah yang tidak dapat dibayar dengan uang. Merupakan sebuah harta karun peninggalan nenek moyang secara turun-temurun yang otomatis selalu dijaga kelestariannya oleh anak-anak bangsa. Namun sayangnya pada makalah ini yang ingin penulis sampaikan bukan alat musik tradisionalnya, tarian tradisionlanya, lagu-lagu daerahnya maupun pakaian-pakain dan makanan-makanan khas daerahnya. Melainkan yang dibahas dalam makalah ini ialah kesenian yang mencakup keseluruhan seni tersebut setiap pertunjukannya. Yang dibahas dalam makalah ini menyangkut pariwisata dan kebudayaan serta kesenian ialah teater. Merupakan sebuah bentuk pertunjukan yang melibatkan unsur-unsur yang kompleks untuk menggelar pertunjukaannya.

Kepariwisataan (TERUSAN)

Sejarah Pariwisata di Indonesia Dalam sejarah nusantara, diketahui bahwa kebiasaan mengadakan perjalanan telah dijumpai sejak lama. Dalam buku Nagara Kartagama, pada abad 14, Raja Hayam Wuruk dilaporkan telah mengelilingi Majapahit dengan diikuti oleh para pejabat Negara. Ia menjelajahi daerah Jawa Timur dengan mengendarai pedati. Pada awal abad 20, Susuhunan Pakubuwono X dikenal sebagai raja yang sangat suka mengadakan perjalanan. Hampir setiap tahun beliau mengadakan perjalanan ke Jawa Tengah , sambil memberikan hadiah berupa uang. Dalam tradisi kerajaan Mataram, raja atau penguasa daerah harus melakukan unjuk kesetiaan pada keratin dua kali setiap tahunnya, sambil membawa para pejabat, pekerja yang mengangkut logistik dan barang persembahan untuk raja. Masa Penjajahan Belanda Sejarah pariwisata di Indonesia di saat masa kependudukan/penjajahan colonial Belanda sektor yang diutamakan dalam pariwisata Indonesia terfokus pada sisi hal usaha. Dulu disaat masa penjajahan Belanda pariwisata di lakukan oleh kaum ningrat yang dapat membuka usaha seperti lahan perkebunan. Dengan mempunyai dan membuka lahan perkebunan hal tersebut dapat menarik perhatian banyak masyarakat saat itu untuk mengagumi si ningrat akan hasil usahanya dalam perkebunan tersebut. Namun secara resmi kepariwisataan di jaman masa penjajahan Belanda di awali dengan pembukaan suatu biro jasa pariwisataan pada abad 19. Diawali dari tahun 1910 hingga 1912 atas keputusan gubernur jenderal Belanda saat itu yang bernama Vereeneging Toeristen Verkeer (VTV) yang merupakan suatu biro wisata atau tourist bureau pada masa itu. Saat itu kantor tersebut digunakan pula oleh maskapai penerbangan swasta Belanda KNILM Koninklijke Nederlandsch Indische Luchtfahrt Maatschapijj. yang memegang monopoli di kawasan Hindia Belanda saat itu. Sektor pariwisata di Indonesia saat ini condong kearah upaya pemerintah untuk meningkatkan penghasilan Negara melalui devisa yang ada. Sejak awal abad 19 dari mulainya kepariwisataan di Nusantara berkembang pada jaman penjajahan Belanda hingga sekarang perkembangan dan peningkatan ekonomi di Indonesia semakin tumbuh, manusia semakin lalu-lalang seiring dengan kemajuan teknologi yang dapat mengantarkan mereka pergi dari satu tempat ke tempat lain untuk melakukan perjalanan guna menanbah wawasan khususnya berniaga. Seiring berkembang pesatnya perdagangan antar pulau di eropa dan Asia maka semakin pesatnya manusia yang lalu lalang dan yang khususnya singgah di Indonesia. Hal tersebut dimanfaatkan oleh pemerintah saat itu hingga sekarang untuk mengambil peluang dengan meningkatkan fasilitas kepariwisataan yang dipunyai Indonesia. Dari sektor alam, belanja, dan budaya serta keagamaan, pemerintah gencar mengembangkan pariwisata pada sektor-sektor tersebut. Dan menjadi tulang punggung penghasilan Negara dalam meningkatkan perekonomian Negara. Hasil survey pada tahun 2009 (Wikipedia.com) memperlihatkan bahwa sektor pariwisata di Indonesia merupakan penghasil uang melalui devisi urutan ketiga setelah gas dan minyak bumi. Data tersebut menjadi bukti bahwasanya Indonesia sangat memiliki banyak peluang di sektor pariwisata yang menjanjikan ini. Apa lagi dengan seiring pesatnya perkembangan tekhnologi yang semakin mengglobal ini yang memungkinkan untuk mudah dan cepat mengenai informasi khususnya tentang apa-apa saja jenis-jenis pariwisata yang di tawarkan di Indonesia, melalui media baru (new media) jejaring sosial yang saling terhubung satu sama lainnya memungkinkan pemasaran akan sektor penghasilan devisa ini dapat terus ditingkatkan.

Selasa, 05 Juni 2012

KEPARIWISATAAN (TERUSAN)

BATASAN MASALAH Dari keikutsertaan penulis pada suatu produksi pementasan teater yang menjadi kendala dalam pembuatan sebuah pertunjukan drama adalah masalah konsep pertunjukan, tempat dan biaya. Tiga poin inilah sebuah tantangan yang sulit untuk menghasilkan sebuah produksi teater apalagi teater kampus. Kebetulan teater Tema, merupakan teater yang baru hidup kembali selama setahun setelah dua tahun vakum. Untuk permasalahan konsep pertunjukan. Sejauh ini dari keseluruhan anggota, Tema selalu mengadakan suatu pertunjukan pada peringatan-peringatan hari penting. Misalnya pada hari jadi Tema Gunadarma yang kesembilan belas tahun kemarin. Konsep kami sesuaikan dengan acara ulang tahun, sehingga pertunjukan berkesan adalah hajatan ulang tahun Tema, tidak terlalu terfokus akan penampilan namun syukuran hari jadi Tema. Namun sebagai anak-anak teater istilahnya, kami tetap dievaluasi dari segi keseluruhan pementasan, baik konsep, actor, penyutradaraan dan manajerialnya. Tempat sebenarnya mudah-mudah gampang. Karena untuk sebuah pertunjukan teater dibutuhkan panggung standar ukuran melebar dari kiri ke kanan 10 meter dan panjang panggung dari atas ke bawah 8 meter. Dari jenisnya, konsep panggung (tempat) pertunjukan untuk sebuah pementasan teater terdiri dari tiga jenis yaitu : 1. Jenis panggung arena. Panggung/tempat ini merupakan panggung atau tempat bermain teater yang sangat simple, efisien dan efektif. Karena hanya membutuhkan sebuah tempat yang lapang dan disekat oleh kain-kain (backdrop dan wings) sebagai tembok penyekat panggungnya. 2. Jenis panggung presenium. Panggung jenis inilah yang sulit ditemukan kampus non-seni. Di Universitas Gunadarma sendiri ada panggung presenium seperti yang dimaksud yang dimiliki fakultas Sastra Gunadarma. Jenis panggung ini yang sangat ideal untuk pertunjukan teater. 3. Jenis panggung tapal kuda. Merupakan gabungan 2 jenis panggung anatara panggung arena dan panggun presenium. Panggung tapal kuda adalah panggung di mana tempat bangku penonton menyerupai tapal kuda, dan panggung bermain berada di tengah-tengahnya. Jenis panggung ini berada di Taman Ismail Marzuki Cikini Jakarta Barat. Namun untuk menarik penonton pensiasatannya adalah menggunakan panggung arena, karena penonton mudah untuk menyaksikan pertunjukan ketimbang jenis panggung lain dan juga kalau panggung arena dapat dilakukan di luar ruangan. Biaya, merupakan suatu hal yang sangat penting sekali dalam sebuah pertunjukan teater. Namun aka nada timbale baliknya apabila teater dapat dijadikan sebagai objek pariwisata. Dari pengalaman yang pernah dialami. Minimal biaya untuk melaksanakan sebuah pertunjukan teater idealnya membutuhkan dana kurang lebih Rp. 3.500.000,- ini di luar biaya alat-alat dan keperluan panggung. Melihat biaya yang dibutuhkan cukup besar. Maka teater tidaklah disebut sebagai aktor numpang mentas atau main naskah tetapi pembelajaran akan kesenian dan kebudayaan. Karena naskah-naskah teater jauh berbeda dengan naskah film, dan lebih ekspresif. Dari ketiga unsur permasalahan di atas dapat disimpulkan menjadi poin-poin penting sebagai poin batasan masalah dalam upaya pembuatan objek pariwisata dengan teater. Adapun pertanyaan-pertanyaan dari batasan masalahtersebut adalah : 1. Apa saja cara mempromosikan suatu pementasan teater sehingga dapat menjadi daya tarik bagi orang-orang untuk menyaksikannya ? 2. Di manakah teater seharusnya di pertunjukan agar dapat memancing masyarakat umum untuk menyaksikannya ? 3. Kapankah baiknya sebuah pertunjukan teater di pentaskan untuk menjaring orang- orang datang dan berkumpul menyaksikan sebuah pementasan ? 4. Siapa sajakah yang seharusnya menjaga dan mengembangkan nilai-nilai kesenian dan kebudayaan khususnya seni teater ? 5. Bagaimana upaya yang sangat progresif untuk memajukan teater di dalam pariwisata seni dan kebudayaan ? 6. Layakah teater di jadikan sebagai objek pariwisata ?

Kepariwisataan (Lanjutan)

TUJUAN Mengapa Teater ? Pertama Saya sendiri sebagai penulis dalam tulisan ini merupakan aktifis organisasi kampus yang bergerak dalam bidang kesenian atau teater. Tema Gunadarma. Merupakan wadah yang menampung segala hobi dan bakat kesenian mahasiswa khususnya teater. Sebagai orang yang ikut aktif memajukan teater di lingkungan Kampus Universitas Gunadarma, Saya pribadi memiliki mimpi untuk membuat teater menjadi sebuah objek pariwisata di sector kesenian dan kebudayaan. Bila teater berhasil dijadikan wadah kepariwisataan bukan tidak mungkin teater akan lebih diminati lagi bagi mahasiswa ketimbang berpariwisata di balik layar kaca (menonton televisi). Sebagai pengurus pula di organisasi teater ini, Saya memiliki sahabat yang juga katif di bidang teater ini. Jumlah anggota kai kini berjumlah 68 anggota. Sungguh luar biasa banyaknya anggota dari teater kampus Tema Gunadarma ini. Semuanya aktif, dan berteater. Teater banyak mengajarkan kehidupan, karena teater bermain realis kehidupan dan surealis tentang imajinasi. Selain media hiburan, teater pun sebagai wahana penyampaian aspirasi dan cara seni berkomunikasi dan bereksperi. Jadi jelaslah bahwa teater dapat menjadi objek pariwisata kesenian dan kebudayaan, tanpa melihat dari sisi marketing, namun pengembangan nilai-nilai seni yang ingin dikomersilkan nantinya kepada turis atau pelancong dengan menyaksikan pertunjukan teater ini. Adapun poin penting tujuan dari kepariwisataan teater ini antara lain : 1. Memperkenalkan tradisi dan budaya. 2. Memperkenalkan budaya teater kampus (khususnya teater Kampus Universitas Gunadarma). 3. Memancing gairah berkesenian di lingkungan kampus. 4. Mempromosikan teater kampus. 5. Menjadi sektor pemasukan pendapatan bagi teater. Melalui berbagai macam pertunjukan dalam kesenian teater, diharapkan banyak yang tertarik untuk datang dan meyaksikan pameran kesenian dan kebudayaan itu dalam bentuk panggung sederhana namun sangat menarik dan energik sehingga banyak penonton (pengunjung) yang datang dan menyaksikannya. Sebuah naskah drama atau naskah monolog bahkan naskah puisi apabila sang kreator (pemainnya) dapat menyulap sebuah naskah itu menjadi wah maka bukan hal yang tidak mungkin tujuan-tujuan di atas tersebut dapat terealisasikan. Biasaya pertunjukan yang disuguhkan dalam perhitungan waktunya. Untuk membuat sebuah pertunjukan teater (drama) seminimal mungkin proses pembuatannya adalah 6 bulan. Jadi mulai dari skala yang kecil terlebih dahulu teater mulai membuat pertunjukan tiap semesternya dengan target pengunjung adalah mahasiswa atau teater kampus lainnya. Namun tidak menutup kemungkinan di saat-saat hari peringatan besar misal hari lahirnya Pancasila tanggal 1 Juni kemarin, teater akan menampilkan pertunjukaannya sesuai dengan tema yang menyangkut hari lahirnya pancasila. Dan sekaligus mengingatkan kembali kepada penonton akan hari Pancasila (dampak positif teater dalam menyampaikan informasi). Arnz